Selasa, 20 Mei 2014

Manusia dan Harapan

A. Harapan
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian, harapan menyangkut masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan dapat terwujud, maka seseorang perlu berusaha dengan sungguh-sungguh. Di samping itu, harus pula mengimbanginya dengan selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Harapan berhubungan dengan cita-cita, di mana cita-cita merupakan impian yang disertai dengan tindakan dan juga diberikan batas waktu. Jadi jika kita bermimpi untuk menjadi pengusaha yang sukses, maka itu harus disertai dengan usaha den doa seperti halnya harapan. Jangan hanya berandai-andai saja. Serta jangan lupa diberikan target waktu sehingga kita punya timeline kapan hal tersebut ingin kita realiasasikan.
Sejak kecil kita pasti dinasehati oleh orang tua atau guru untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memang benar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam hidup, kita akan membuat menjadi lebih bersemangat dan lebih bekerja keras lagi untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia.
Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain, dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.
Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail dan fanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai. Sebagai contohnya adalah seseorang yang punya cita-cita menjadi dokter. Ketika dia tidak masuk jurusan IPA dia stress, lalu gagal dalam SPMB program studi kedokteran dia stress, dan seterusnya.
Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita, kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain, membaca biografi tokoh dan lain sebagainya, atau bisa pula melihat film motivasi hidup seperti Laskar Pelangi.
Jika dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.

B. Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yaitu hidup di tengah-tengah  suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusia pun yang luput dari pergaulan hidup. Di tengah - tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang, baik fisik/jasmani maupun mental/spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1.                   Dorongan Kodrat
Kodrat adalah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan, dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak menjadi gagal.
Kodrat juga ada pada binatang dan tumbuhan, karena mereka juga perlu makan, berkembang biak, dan nantinya akan mati pula. Antara kodrat binatang dan kodrat tumbuhan, yang mendekati kodrat manusia adalah kodrat binatang, walaupun sangat banyak juga perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, adalah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi adalah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Sebab jika orang akan memilih, dia harus mengetahui terlebih dahulu barang yang akan dipilihnya. Dengan budinya itu, manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Dan dengan kehendaknya, manusia dapat memilih suatu hal dan mengusahakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan, dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat, atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
2.                   Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu secara garis besamya dapat dibedakan atas dua hal, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
a)      Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan ini menyangkut fisik manusia, bisa berupa sandang, pangan, dan papan, seperti makan, minum, pakaian, rumah, dan lain sebagainya.
b)      Kebutuhan Rohani
Kebutuhan ini menyangkut batiniah manusia, seperti, hiburan, ketenangan hidup, keberhasilan ,dan lain sebagainya.
Untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut, manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah maupun kemampuan berpikirnya. Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Sumber : http://yahotsiahaan.blogspot.com/2013/05/manusia-dan-harapan.html



Manusia dan Tanggung Jawab

Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang, kewajiban merupakan tandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak, maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Kewajiban dibagi menjadi dua, yaitu:
a)      Kewajiban terbatas
b)      Kewajiban tidak terbatas 

 

A.      Pengertian  Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang berani menghadapi masalahnya sendiri.

B.      Macam-Macam Tanggung Jawab 

Ada beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :
1.       Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri, menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya, manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi, karena itu manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, dan angan-angan sendiri.
2.       Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggungjawab pada keluarganya. Tanggung jawab ini tidak hanya menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
3.       Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian, manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab, agar dapat melangsungkan hidupnya di dalam masyarakat tersebut.
4.       Tanggung Jawab Kepada Bangsa / Negara
Setiap manusia atau individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir dan bertindak, manusia terikat oleh norma-norma dan aturan. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Jika perbuatannya salah, dan melanggar aturan dan norma tersebut, maka manusia itu harus bertanggung jawab kepada bangsa atau negaranya.
5.       Tanggung Jawab terhadap Tuhan
Penciptaan manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka, tentu saja keberadaannya disertai dengan berbagai tanggungjawab. Konsekuensi kepasrahan manusia kepada Allah Swt, dibuktikan dengan menerima seluruh tanggungjawab (akuntabilitas) yang datang dari-Nya serta melangkah sesuai dengan aturan-Nya. Berbagai tanggungjawab ini, membentuk suatu relasi tanggungjawab yang terjadi antara Tuhan, manusia dan alam. Hal tersebut meliputi antara lain: tanggungjawab manusia terhadap Tuhan, tanggungjawab manusia terhadap sesama, tanggungjawab manusia terhadap alam semesta serta tanggungjawab manusia tehadap dirinya sendiri. Tanggungjawab manusia terhadap Tuhan meliputi dua aspek pokok. Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.



Cinta dan Kasih sayang

Cinta, secara bahasa ialah rasa sangat kasih dan sayang, atau sangat tertarik hatinya. Adapun dari segi bahasa, cinta adalah ungkapan perasaan jiwa, ekspresi hati dan gejolak naluri yang menggelayuti hati seseorang terhadap kekasihnya.Sedangkan menurut Kahlil Gibran, cinta ialah perasaan untuk dirinya sendiri. Cinta adalah kekuatan manusia yang paling tinggi. Cinta adalah sumber segalanya, kita tidak akan dapat mewujudkan setiap impian kita tanpa cinta. Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.  
Pada dasarnya kasih sayang adalah fitrah yang dianugerahkan Allah SWT kepada mahluknya, misalnya hewan, kita perhasikan begitu kasihnya kepada anaknya, sehingga rela berkorban jika anaknya diganggu. Naluri inipun ada pada manusia, dimulai dari kasih sayang orang tua kepada anaknya, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi naluri kasih sayang ini dapat tertutup jika terdapat hambatan – hambatan misalnya pertengkaran, permusuhan, kerasukan, kedengkian dan lain – lain. Sayang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan kasihan.Oleh karena itu,kasih sayang diartikan sebagai cinta,kasih atau amat suka.Dengan demikian,maka sayang memperkuat rasa kasih seseorang yang diwujudkan dalam tindakan yang nyata,dan semua nya bersumber dari rasa cinta.         


Sumber : http://jamil15.wordpress.com/2014/05/13/cinta-dengan-kasih-sayang/

Cinta dan keindahan

Cinta secara sederhana bisa dikatakan sebagai perpaduan antara rasa simpati dua makhluk yang tidak hanya terbatas antara wanita dan pria. Cinta juga dapat diibaratkan sebagai seni. Cinta tidak lebih dari sekedar perasaan yang menyenangkan, untuk mengalaminya harus terjatuh kedalamnya.
Berbicara soal manusia dan cinta tidaklah tabu lagi karena pada masing-masing manusia pasti mempunyai naluri untuk mencapai cintanya, di mulai dari cinta kepada Allah, Rasul, Orang tua dan sesamanya. Setiap manusia pasti mengalami cinta dan kasih sayang merupakan bagian hidup manusia. Dan apabila cinta dan kasih sayang itu berlebihan, maka akan timbul pemanjaan, jikalau terjadi pemanjaan akan cenderung kurang baik karena pada umumnya imbas dan kemanjaan menjadikan manusia sombong, pemboros, tidak soleh serta tidak menghormati orang tua.
Cinta kasih atau cinta sesama manusia merupakan satu hal yang pokok dalam kehidupan kita, kata cinta itu suci dari yang suci oleh karena itu kita benar-benar menjaga yang namanya cinta baik sesama mansuia atau yang lainnya.Namun kenyataannya, pada era globalisasi ini sudah banyak terjadi masyarakat-masyarakat yang sudah tidak mengerti lagi akan makna cinta malah yang ada hanya salah pengertian.
Hakikat cinta kasih yaitu : cinta boleh jadi merupakan suatu istilah yang sulit untuk dibatasi secara jelas. Kendati pun demikian, sulit juga untuk diungkapkan dan diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup fundamental. Begitu fundamentalnya sampai-sampai membawa Victor Hago, seorang punnjagga terkenal, pada satu kesimpulan bahwa mati tanpa cinta sama halnya dengan mati dengan penuh dosa.
Cinta memang sangat erat terpaut dengan kehidupan manusia. Tidak pernah terlintas pun orang berpikir bahwa cinta itu tidak penting. Mereka haus akan cinta. Kendati pun demikian, hampir setiap orang tidak pernah berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu. Padahal berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu dapat diibaratkan sebagai suatu seni yang sebagaimana bentuk seni lainnya sangat memerlukan pengetahuan dan latihan untuk bisa menggapainya.
Cinta pun takkan pernah lepas dari keindahan, karena keindahan itu setiap harinya dialami dan dinikmati oleh manusia. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka semakin besar pula hasrat dan keinginan seseorang untuk menghargai cinta dan keindahan, penghayatan arti dan fungsi keindahan itu dapat memperluas wawasan, pandangan, penalaran dan persepsi seseorang tentang cinta dan keindahan.

sumber : http://oebudhi.blogspot.com/2012/04/cinta-kasih-dan-keindahan.html


Manusia dan Kebudayaan

A.      Manusia
 Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak  bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Namun siapakah manusia itu sebenarnya? Manusia di dunia ini memegang peranan yang unik dan dapat di pandang dalam beberapa segi. Misalnya, manusia di pandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan system (ilmu kimia). Manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan mamalia (ilmu biologi). Manusia sebagai makhluk social yang tidak dapat berdiri sendiri (ilmu sosiologi) dan lain sebagainya.
            Dari beberapa definisi di atas, tentu membuat kita sulit untuk menjawab pertanyaan tentang manusia, oleh karena itu kita akan menerangkan siapa itu manusia berdasarkan unsur-unsur yang membangunnya. Ada dua macam pandangan yang akan menjadi acuan untuk menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia.
B.      Kebudayaan
              Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
 Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic.
             Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Unsur Kebudayaan
              Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuatan politik. Sedangkan Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi sistem norma,organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga petugas pendidikan dan organisasi kekuatan.

C.      Kaitan Manusia dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuia dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan.pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.
 Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku.Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan  manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.

Sumber :
http://jamil15.wordpress.com/2014/05/13/manusia-dan-kebudayaan/
http://ulfanurizqiindaha.blogspot.com/2011/10/manusia-dan-kebudayaan.html